Teenagers of Indonesia
Kalian fikir gue ngga? Hey! Gue seharian nongkrong depan laptop yang gue charge seharian tapi gue ngga pernah puas buat ONLINE. Gue buka semua Social Network gue........
Salam Sukses
Azizah Fauziah
Mimpi-Mimpi Rasya
“Mama!!!” aku berteriak histeris dan terbangun ketika mimpi itu menghampiriku akhir akhir ini. Mimpi yang sangat membuat aku khawatir.Keringat membasahi seluruh tubuhku dan ketika itu pula Tante datang menghampiriku.
“Ada apa sayang??kamu kenapa?” tanya Tanteku penuh kekhawatiran.
Aku langsung memeluk tanteku itu,tanpa berkata apapun.Nafasku masih belum stabil.Tante terlihat semakin kebingungan melihat keadaanku.
“Mama…” aku mulai bicara. “Mama ada di mimpiku,Tan..”
“Apa??kamu mimpi apa sayang??”
“Mama dalam bahaya.Aku takut mama kenapa kenapa,Tan..” Aku menangis di pelukan tante,sambil mencoba menjelaskan tentang mimpi itu.
“Kita kan ngga tau mama kamu dimana sayang.Tante yakin mama kamu pasti baik baik aja”
Tante terus mencoba menenangkanku, tapi aku masih tetap menangis.
“Sekarang kamu tidur lagi ya,besok kan hari pertama kamu masuk SMA” pinta tante.
Aku mengiyakan dan kembali membaringkan badanku di tempat tidur.Tante terus mengusap usap dahiku agar aku kembali tidur.Dan akhirnya akupun tertidur dengan lelap.
*****
Keesokan harinya..
Pukul 05:00 aku selesai melaksanakan ibadah solat subuh dan telah bersiap pergi ke sekolah.Aku menutup pintu kamar dan menuruni tangga.Kulihat tante dan om sedang menungguku sarapan.
“Pagi Tante..Om..” sapaku pagi itu.
“Pagiii…” jawab mereka serempak.
Aku melahap dua potong roti dengan selai coklat kesukaanku.Dan tak lupa susu vanilla hangat.
“Kamu udah baikan?” tanya Tante padaku.
“Mmm…aku baik baik aja kok,Tan.Tante ngga usah khawatir” jawabku sedikit ragu.
“Kamu langsung hubungi tante ya kalo ada apa apa”
“Iya,Tan…aku berangkat ya” sambil beranjak dari meja makan,dan salam pada Om dan Tante.
*****
Ini adalah hari pertamaku masuk SMA,seperti biasa ada tradisi selama seminggu pertama.OSPEK…dengernya aja aku udah merinding karena pasti deh ada aja kakak kelas yang jail atau marah marah ngga jelas.Walaupun itu cuma iseng tapi tetep aja bikin bulu kuduk berdiri.
Aku menuju gerbang dan disambut dengan tatapan sinis kakak kelas.Ya…inilah nasib seorang adik kelas yang baru masuk.Aku melewati lorong lorong dan aku sampai di sebuah kelas yang bertuliskan X-1,ya itu adalah kelasku. Kelas terlihat masih lengang padahal waktu telah menunjukkan pukul 06:05 pagi.Aku masuk dan menghampiri seorang perempuan yang sedang membaca buku.
“Boleh aku duduk disini?” kataku kepada perempuan itu.
“Boleh kok boleh” jawabnya ramah.
“Nama kamu siapa?” tanyaku sambil duduk disampingnya.
“Aku resa,tapi panggil aja eca” mengulurkan tangan.
“Aku rasya panggil aja aca,nama kita ampir sama ya hehe” sambil membalas jabatan tangannya.
Kami tertawa.Walaupun baru beberapa menit mengobrol aku dan Eca merasa sangat cocok.Hobbi kami sama yaitu membaca dan menulis.Hari hari kami lewati bersama termasuk OSPEK,hari hari dimana semuanya menjadi serba menegangkan.
*****
Mimpi itu terus menghampiriku tiap malam.Rasa khawatir ku semakin menjadi menjadi.Hingga akhirnya aku kembali teringat enam tahun lalu ketika mama mengusirku karena mama menganggap akulah penyebab kematian adik perempuanku.Ketika itu adik perempuanku yang masih berumur 6 tahun dan aku berumur 9 tahun sedang bermain balon gelembung. Cairan gelembungku tumpah dan saat itu pula adikku berlari hingga terpeleset. Kepalanya membentur lantai hingga berdarah dan adikku akhirnya pingsan.
Sejak saat itu adikku tidak sadarkan diri. Mama menganggap bahwa akulah penyebab kematian adikku, hingga mama tega mengusirku dari rumah. Kaka lelakiku yang berumur satu tahun lebih tua dariku hanya bisa diam dan menangis.Sejak saat itu aku pergi dari rumah hingga diangkat menjadi seorang anak oleh orang yang aku panggil ‘om’ dan ‘tante’ sekarang ini.
Air mata cukup deras jatuh di pelupuk mataku. Enam tahun aku tidak bertemu mama dan kakak lelakiku. Rasa rindu mulai menyelimuti perasaanku.”Dimana mama sekarang?” batinku.Aku menangis hingga akhirnya tertidur.
*****
Di sekolah aku berkenalan dengan seorang kakak kelas namanya Rio.Dia satu tingkat diatasku seumuran dengan kakak lelakiku.Namanya juga sama.Tapi itu hanya sebuah kebetulan.Dia orang yang sangat ramah dan baik.Sebulan kemudian aku mulai dekat dengannya,kami sering jalan atau sekedar makan bersama di kantin. Dia ingin aku berkenalan dengan mamanya karena kebetulan ayahnya telah meninggal dunia.
*****
Seminggu kemudian Kak Rio membawaku ke sebuah rumah sakit dan memasuki sebuah ruangan ‘Kamboja 7’.Kak Rio membuka pintu kamar.
“Itu mamaku” ucapnya lirih.
Aku kaget melihat seorang perempuan yang terbaring di tempat tidur itu.
“Mama!!!” aku berteriak histeris.Ya..itu mama.Berarti mimpi itu benar bahwa mama sedang dalam bahaya. Dan Kak Rio?dia adalah kakakku. Aku benar-benar tidak dapat mempercayainya, entah itu hanya sebuah kebetulan atau apa. Aku hanyut dalam tangisku,a ku memeluk mama dan kulihat Kak Rio telah mengerti apa yang terjadi. Sungguh…semuanya benar benar kebetulan.
Kak Rio menceritakan semuanya padaku.Mama sakit sejak dua minggu yang lalu akibat kecelakaan yang menyebabkannya lumpuh.Aku benar benar hanyut dibuatnya. Kini aku telah bertemu dengan mama dan kakak lelakiku tapi…dengan kondisi mama yang lumpuh. Aku menyesal selama ini tidak pernah mencari keberadaan mama.
Dering ponselku berbunyi…
“Halo,Assalammu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam.Ca,tante kamu kecelakaan” kata orang di telepon itu hingga akhirnya aku tahu bahwa itu Om.
“Om sekarang dimana???” kataku.
“Sekarang om lagi di RSHS,kamu cepet kesini ya” terdengar dari suaranya Om hampir menangis.
Aku berpamitan sebentar kepada kakakku.Dan aku beranjak pergi untuk segera menemui Om.
Setengah jam kemudian, aku sampai di RSHS dan menelepon Om untuk meminta petunjuk kemana aku harus pergi. Tidak lama kemudian aku bertemu Om dan langsung memeluknya.
“Tante kamu sekarang udah ngga bisa ngeliat sayang” lirihnya sambil menangis.
Badanku tiba tiba lemas. Ingin rasanya saat itu aku menjatuhkan diri. Miris…Entah kebetulan atau apa. Kini dua orang Wanita yang paling aku sayangi sedang terbaring lemas di tempat tidur.Bagaimana mereka akan menjalani hidup mereka lagi dengan kondisi seperti itu? Aku kembali memikirkan dimana aku akan tinggal nanti. Di rumah mama kandungku?atau di rumah Tante yang selama enam tahun telah merawatku? Aku benar benar pasrah akan bagaimana nantinya.Aku sangat menyayangi mereka dan aku yakin mereka membutuhkan aku.
*****
Kalo ada di posisi Rasya, Kalian bakal ngelakuin hal apa? Sulitkah?
Salam Sukses
Putih dan Hitam
Kurasakan angin merasuki setiap lekuk tubuhku. Hari itu cerah, aku duduk di sebuah sudut bangku taman yang jauh dari hiruk piruk keramaian kota. Sungguh sepi...
“Ibu...burung apa itu yang berwarna putih?”. Seorang anak perempuan di sebelahku bertanya kepada Ibunya.
‘Itu burung merpati, Nak...” Jawab ibunya.
Kudengar mereka terus berbincang-bincang tentang merpati itu. Dari suaranya, aku bisa menebak anak perempuan itu kira-kira berusia antara 6 sampai 8 tahun. Hingga akhirnya, aku mengingat kembali peristiwa 7 tahun lalu. Tepat ketika aku berusia 10 tahun.
******
Pagi itu aku, Ibu, Ayah dan dua Kakak lelakiku duduk di ruang makan untuk sarapan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi.
“Ayah, liburan kita kali ini ada rencana kemana nih?” tanya Kakak keduaku di sela-sela sarapan.
“Ayah sebenarnya ada rencana untuk berlibur ke vila teman ayah di Puncak. Tapi kan Ilham harus mempersiapkan diri untuk ujiannya. Jadi ayah masih mempertimbangkan hal itu, Can”. Jelas ayahku kepada Ka Ichsan. Kami sekeluarga memang biasa memanggilnya Ka Ican, walaupun awalnya ia keberatan. Namun akhirnya, dia menyerah juga mengajariku memanggil namanya ‘Ichsan’. Wajar, karena pada saat itu aku masih kecil dan cara bicaraku masih belum terlalu jelas.
“Ngga apa-apa kok, Yah. Kalau kalian mau liburan ya liburan aja. Kan Iam yang ujian, bukan kalian”. Tukas Ka Ilham santai dengan nada datar. Kakakku yang satu ini memang agak sedikit dingin. Sejak kecil Ka Iam –biasa aku dan keluarga memanggilnya- memang sangat senang menyendiri. Dia tidak menyukai keramaian, sekalipun ketika kami kedatangan banyak tamu di rumah. Ia lebih senang duduk di kamarnya, memainkan jemarinya di atas sebuah keyboard komputer.
“Tapi kan kita engga enak sama kamu, Am. Masa kamu lagi repot mau ujian, kita malah seneng-seneng”. Tandas ibu dengan bijak.
Aku hanya asyik dengan sarapanku pagi itu. Bagaimana tidak, ibu membuat nasi goreng kesukaanku. Aku mendengar percakapan mereka tentang liburan itu. Karena inilah satu-satunya kesempatan untuk kami berlibur, di sela-sela kesibukan pekerjaan Ayah dan Ibu. Mereka sering sekali keluar kota, sekalipun pada saat weekend. Kak Ican yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA memang memanfaatkan hari liburnya untuk bersenang-senang setelah ia berhasil meraih peringkat ke-2 juara umum di sekolahnya. Aku yang duduk di bangku kelas 5 SD juga ikut libur setelah melaksanakan UAS. Beda dengan Kak Iam, liburan kali ini dia tidak bisa membuang-buang waktu. Ia harus mempersiapkan diri untuk ujian kelulusan S-1 nya.
“Baiklah kalau itu mau kamu, Am. Tapi engga masalah kalau kamu sendiri disini sama Bi Imah dan Pak Tarjo?”. Tanya Ayah pada Kak Iam.
“Engga, Ayah tenang aja”. Jawab Kak Iam dingin.
“Baik. Malam ini kita siapkan barang-barang dan besok pagi kita berangkat ke Puncak”. Akhirnya ayah membuat keputusan untuk kami tetap berlibur.
******
Malam itu tidak biasanya, aku tidak bisa tidur. Aku turun dari ranjang tempat tidurku, berjalan menyusuri lorong dan pintu kamar. Aku melihat pintu kamar Kak Iam sedikit terbuka. Aku menghampiri dan mengintip ke dalamnya.
“Kak Iam kok belum bobo?”. Tanyaku ketika melihatnya masih duduk di depan sebuah komputer. Aku duduk di pinggir ranjang tempat tidurnya.
“Kakak belum ngantuk. Iran kenapa belum tidur?” Sambil mengampiri dan duduk di sebelahku.
“Iran ngga bisa tidur, Kak. Kak Iam beneran ngga akan ikut besok?”. Tanyaku lagi sambil menyandarkan kepalaku di pahanya.
“Iran kan tau, kakak ada ujian. Jadi, kakak ngga bisa ikut. Pokoknya Iran jaga diri disana ya, jangan nakal nakal”. Ujarnya. Aku hanya megangguk. Malam itu Kakak begitu ramah dan lembut, tidak seperti biasanya. Ia menceritakan banyak hal hingga aku terlelap di pangkuannya.
******
Pagi itu cerah. Aku, Ayah, Ibu dan Kak Ican telah bersiap untuk berlibur ke Puncak. Kami tidak sempat pamit kepada Kak Iam, karena ia masih terlelap tidur. “Mungkin karena semalam ia begadang” batinku.
Sepanjang perjalanan, kami bernyanyi dan bercanda. Sejam kemudian, mobil kami melaju cukup cepat, tepatnya di daerah Purwakarta. Hingga akhirnya mimpi buruk itu tiba, Truk dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan berjalan oleng. Ayah membanting stir ke kiri.
“Braakkkk!!!!”. Mobil kami menabrak ke tebing sebelah kiri.
******
Tanpa kusadari, air mata jatuh di pelupuk mataku.
“Andai aku bisa melihat Maha Karya Allah lagi,walaupun hanya dalam sekejap mataku” batinku.
Satu jam lagi, pernikahan Kak Iam -satu-satunya keluargaku yang masih hidup- akan segera dimulai. Tapi pena ditanganku masih terus menari-nari diatas sebuah kertas putih. Kaki, tangan dan hatiku masih selalu berjalan beriringan diantara berjuta-juta alasan untuk aku menyerah .Walaupun yang kulihat kini hanya hitam dan gelap. Ya...karena kini aku buta.
******
Oleh Azizah Fauziah